Ratannews.com ,Pemalang – Desa Penggarit, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, kembali dihiasi semarak tradisi “Serabi Likuran”, sebuah warisan budaya yang telah berlangsung turun-temurun. Acara yang digelar setiap akhir bulan suci Ramadan ini menjadi momentum berharga bagi masyarakat setempat untuk berkumpul, bernostalgia, dan menikmati kuliner khas yang melegenda.
Pada Jumat (28/3/2026), aroma harum serabi yang dipanggang di atas tungku tradisional menyebar di sepanjang Jalan Raya Desa Penggarit. Kehangatan suasana semakin terasa ketika warga dan pengunjung dari berbagai daerah berbaur, menciptakan kebersamaan yang penuh makna. Kepala Desa Penggarit, Imam Wibowo, menegaskan bahwa tradisi ini tidak hanya sekadar ajang kuliner, tetapi juga menjadi wadah silaturahmi, terutama bagi para perantau yang pulang ke kampung halaman.
“Tradisi Serabi Likuran telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya desa kami. Selain melestarikan kuliner tradisional, kegiatan ini juga mempererat tali persaudaraan di antara warga,” ujar Imam Wibowo.
Masih kata Kades Penggarit, Sayangnya, tahun ini jumlah penjual serabi sedikit berkurang dibandingkan tahun sebelumnya. Biasanya, sekitar 40 pedagang turut meramaikan acara, namun cuaca yang kurang bersahabat membuat jumlahnya menyusut menjadi 20 orang. Meskipun demikian, semangat para penjual tetap membara. Yang lebih menggembirakan, mereka tidak dikenakan biaya apa pun untuk berjualan di acara ini, sebuah bentuk dukungan dari pemerintah desa untuk menjaga keberlangsungan tradisi.
Keunikan dan kehangatan Serabi Likuran juga menarik perhatian Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pemalang, dr. Noor Faizah Maenofie M.Kes. Beliau hadir langsung untuk menyaksikan dan merasakan sendiri atmosfer khas yang ditawarkan oleh tradisi ini. Dalam kunjungannya, dr. Noor Faizah mengungkapkan kekagumannya terhadap upaya masyarakat dalam mempertahankan warisan budaya.
“Saya sengaja datang ke Desa Penggarit untuk menikmati jajanan tradisional ini. Selain itu, saya juga membeli keong karena anak saya suka,” ujar dr. Noor Faizah dengan senyum hangat.
Kehadirannya didampingi oleh Mujianto, Kepala Bidang Pariwisata Ekonomi Kreatif (Parekraf) Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Pemalang.
Dalam kesempatan tersebut, beliau berharap agar ke depannya, para penjual serabi dapat berinovasi dengan menciptakan variasi rasa, sehingga kuliner khas ini semakin diminati dan lestari.
Serabi Likuran bukan hanya tentang makanan,tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai luhur budaya tetap dijaga dan diwariskan kepada generasi muda. Tradisi ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas masyarakat Desa Penggarit. Dengan tetap melestarikan warisan leluhur, diharapkan generasi mendatang dapat terus menghargai dan menjaga kekayaan budaya lokal agar tidak pudar oleh zaman.
Acara ini menjadi bukti bahwa tradisi bisa tetap hidup dan berkembang jika masyarakat bersama-sama menjaganya. Serabi Likuran bukan sekadar kuliner khas Ramadan, tetapi juga cerita tentang identitas, sejarah, dan persatuan yang terus terjalin dalam setiap gigitan manisnya.(Joko Longkeyang)